Ajaran perkawinan dan
Kematian dalam Agama Konghucu
1.
Ajaran Perkawinan dalam Agama Konghucu
Pengertian Perkawinan berasal dari kata dasar nikah
mendapat awalan per dan akhiran an menjadi pernikahan yang
berarti “melakukan perbuatan nikah”. Pengertian menurut agama Konghucu adalah
“salah satu tugas suci manusia yang memungkinkan manusia melangsungkan sejarahnya
dan mengembangkan benih-benih firman Thian, Tuhan Yang Maha Esa, yang
berwujud kebajikan, yang bersemayam di dalam dirinya serta, selanjutnya
memungkinkan manusia membimbing putra dan putrinya”.
Adapun tujuan perkawinan menurut agama Konghucu
adalah untuk membentuk keluarga yang harmonis, damai dan bahagia. Karena tujuan
perkawinan ini menurut adanya keharmonisan, kedamaian dan kebahagiaan, maka
hukum perkawinan dalam agama ini pada dasarnya tidak mengenal perceraian.
Karena tidak mengenal perceraian, maka sangat wajar bila perkawinan umat
Konghucu senantiasa mengalami kedamaian, kebahagiaan, dan keharmonisan.
2.
Bentuk Upacara Perkawinan Konghucu
a.
Adat dan Upacara Sebelum Perkawinan
Upacara pekawinan yang dilakukan oleh umat Konghucu tidak
terlepas dari nilai-nilai budaya masyarakat Cina keturunan maupun nilai-nilai
agama yang mereka yakini keberadaannya. Upacara perkawinan ini mempunyai ciri khas
tersendiri yang dapam membedakannya dengan masyarakat dan agama lain di
Indonesia.
Berbagai upacara dilakukan sebelum
dilangsungkan perkawinan. Seperti upacara Lamaran, ikatan pertunangan dan
upacara penentuan hari perkawinan. Misalanya lamaran dengan memerlukan walinya
dan mencari wali untuk saat melamar perempuan yang ingin di lamar, di sambung
dengan pertunangan jadi dengan dua belah pihak di temukan dan membicarakan
tanggal dan sebagainnya untuk acara pernikahan tersebut.
Perkawinan upacara penentuan hari pernikahan
dilaksanakan di rumah calon mempelai wanita dengan maksud untuk mendapatkan
kesepakatan tentang pelaksanaan hari perkawinan. Pada saat upacara penentuan
hari perkawinan ini, kedua belah pihak berunding tentang saat pelaksanaan hari
perkawinan.
b.
Adat dan Upacara Pada Saat Perkawinan
Upacara tersebut menggunakan pakaian khusus
pernikahan ada Tionghoa. Jika perkawinan sudah tiba, pertama-tama pertama
pengantin dirias duduk da nada banyak yang berhiasan melamabangkan warna merah
(Thay kek). Kilin untuk laki-laki dan Hong Hong bagi pengantin wanita.
Pada saat dilakuakn upacara Cio Thau dibutuhkan
seorang anak kecil Shio Liang atau Shio Houw umtuk melakukan
upacara permulaan menyisir rambut pengantin, kemudian dilanjutkan oleh tukang
rias yang mewajibkannya. Sewaktu pengantin laki-laki hendak maju ke
rumah pengantin wanita, terlebih dahulu diadakan upacara Khibe : suatu pesta
kecil bersama kawan dan sahabat. Lalu pengantin berangkat diiringi dengan
tetabuhan dan dipasangi petasan. Memasang petasan berdasarkan atas suaranya
yang diumpamakan suara Guntur, karena siluman memang sanagt takut akan Guntur.
Maka suara petasan itupun berarti mengusir segala setan dan siluman.
Sesampai di rumah laki-laki, mereka terus masuk
ke kamar pengantin yang di dalamnya sudah tersedia sebuah meja dengan 12 macam King
Ua yaitu sejenis bahan makanan yang disate dan diatur dengan alat-alat
istimewa. Di samping itu, terdapat pula beberapa macam makanan yang diatur
diatas meja lain, 2 kursi, 2 cangkir wedang onde dan 2 buah mangkok lengkap
dengan sumpitnya. Sepasang lilin besar yang menyala menjadi perhiasan istimewa.
Kedua pengantin ini berbeda di bawah Mak Comblang (Bwee Jien : orang
yang perantara dirangkaikan perjodohan itu dan bertugas untuk menjajaki
anggapan pihak lain).
Biasanya beberapa hari setelah selesai melaksanakan
perkawinan, pengantin tersebut pergi ke kantor Catatan sipil untuk mencatat
mengenai perkawinan yang telah mereka lakukan di Majlis atau Lithang. Pencatatan
ke kantor Catatan Sipil merupakan salah satu bukti otentik bagi mereka bahwa
kedua pasangan ini diakui secara sah sebagai suami istri.
c.
Adat dan Upacara sesudah Perkawinan
Upacara perkawinan orang Tiongkok di Indonesia
adalah tergantung pada agama yang dianut. Oleh karena itu, upacara perkawinan
orang Tionghoa di Indonesia amat berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Upacara yang dilakukan sesudah perkawinan
terbagi kedalam dua bagian yaitu upacara pulang tiga hari dan upacara pulang
sebulan. Kedua upacara tersebut merupakan rangkaian pelaksanaan upacara yang
dilakukan sesudah upacara perkawinan.
d.
Upacara Pernikahan - Chio Thau
Upacara Chio Thau adalah upacara pernikahan
tradisional Peranakan lengkap dengan segala pernak-pernik upacara yang
menyertainya. Disebut Chio Thau ―artinya ‘mendandani rambut/kepala’ (to
dress the hair), bukan ‘naik ke kepala’―karena, dalam bagian terpenting
upacara ini, di atas sebuah tetampah besar warna merah terlukis yin-yang dan
menghadap sebuah gantang (dou, tempat menakar beras), pengantin (laki-laki dan
perempuan) disisiri oleh ibunya sebanyak tiga kali; setiap sisiran dibarengi
dengan doa-doa tertentu: misalnya: sisiran pertama agar si pengantin diberi
jodoh yang panjang, sisiran kedua: banyak rejekinya, sisiran ketiga:
anak-anaknya semua menjadi orang yang membanggakan, dan sebagainya.
Upacara Chio Thau ini berasal dari daerah
Fujian Selatan (Minnan) semasa periode dinasti Qing (1644-1911), dan mungkin
sudah tidak diketemukan lagi di Tiongkok, setelah terjadinya dua revolusi besar
di sana. Revolusi itu Revolusi Xin Hai 1911, yang menyingkirkan semua produk
budaya zaman Qing, dan Revolusi Kebudayaan 1966-1976, yang menghancurkan semua
produk budaya yang dinilai feodalistik dan kapitalistik.
Pakaian yang dikenakan saat Chio Thau―yakni baju
putih-celana putih bagi laki-laki dan baju putih-kain batik warna dasar merah
bermotif bulat-bulat putih, sehingga dikenal dengan nama Kain Onde―akan
disimpan baik-baik dan dikenakan kembali pada waktu yang bersangkutan meninggal
kelak sebagai pakaian mati.
3.
Ajaran dalam Kematian Konghucu
a.
Pengertian Upacara dan Ritual
Upacara merupakan pelaksanaan kegiatan yang di lakukan
secara berkelompok atau sekumpulan manusia atau orang untuk melakukan kegiatan
rutin dalam rangka untuk memringati hari-hari yang bersejarah yang dipimpin
oleh pemimpin yang tertinggi dalam suatu organisasi atau departemen. Sedangkan
Ritual merupakan tata cara keagamaan atau bisa di sebut dengan ucapan suci. Religi
dan ucapan mherupakan unsur dalam kehidupan manusia di dunia.
Upacara da ritual adalah pelaksanaan dalam
rangka mencapai tujuan hidup Agama dengan mempergunakan sarana atau media yang
bisasa di sebut dengan upakara atau banten sebagai pelaksanaan. Upacara itu
sulit di pisahkan seumpama sebutir telur maka kulit luar adalah merupakan
upacara atau ritual, ritual ari telur adalah etika susila, upacara etika atau
susila.
b.
Kematian
Kematian bukanlah suatu hal yang menyenangkan
untuk di bicarakan maupun di persoalkan. Kematian adalah sesuatu yang seram dan
menyedihkan, sesuatu yang benar-benar mematikan suasana, sesuatu yang hanya
coock bagi buah pembicaraan di kuburan.
Menurut cara berpikir orang Buddhis kematian
adalah kunci yang membuka takbir kegelapan dari takbir hidup yang tampak
rahasia. Yang apabila pada suatu saat menimpa pada kita, akan dapat
melunakkan hati bagaimanapun kerasnya.
Kematian akan mengikat kita satu sama lain
dengan benang emas cinta dan kasih, dan yang dapat mengenyahkan
rintangan-rintangan hidup berupa klasta, agama , kepercayaan bangsa(suku-suku)
di antara manusia di sunia ini. Kematian meratakan segala-galanya tanpa
kecuali.
c.
Roh leluhur
Menurt ahli sejarah kebudayaan E.B. Tylor , ia
juga berpendirian bahwa bentuk agama yang tertua adalah penyembahan kepada
roh-eoh yang merupakan personifikasi, (hubungan) dari jiwa-jiwa yang telah
meninggal dunia, terutama nenek moyangnya.
Dewa-dewa yang menjadi pusat orientasi dan penyembahan
manusia dalam tingkat agama seperti itu mempunyai ciri-ciri yang mantap dalam
membayangkan seluruh umatnya, karena tercantum dalam mitologi yang seringkali
telah berada dalam bentuk tulisan.
d.
Makna dan Fungsi upacara secara umum
·
makna upacara merupakan suatu kegiatan ritual keagamaan
yang dilaksanakan secara berkelompok dilakukan dilingkungan tersebut.
·
Fungsi upacara adalah suatu alat komunikasi atau hubungan
langsung dengan roh leluhur menurut kepercayaan dan keyakinan yang harus
ditaati.
·
e.
Makna dan fungsi kematian secara umum
·
Makna kematian menyadarkan manusia untuk tidak bersikap
sombong kepada orang lain dan lebih bersikap cinta kasih kepada ornag lain.
·
Fungsi kematian meninggalkan duka yang sangat mendalam
bagi keluarga yang ditinggalkan atau adanya rasa kesedihan.
f.
Ajaran-ajaran kematian
Kematian itu sendiri Rohnya akan naik kepada
Sang Pencipta Rohnya yang bersifat negative (Yin) naik pada sikap positif
(Yang). Nabi Konghucu bersabda : “bila ornag yang melakukan penghormatan
kepada sampai dahi menyentuh tanah (Khee Song) ini menunjukkan keptuahan yang
sungguh. Bila lebih dahulu menundukkan kepala sampai kaki menyentuh tanaj baru
menghormati dengan Pai,itu menunjukkan kepada yang sangat dalam.
Ajaran-ajaran kematian dalam Agama Konghucu
merupakan suatu ajaran yang harus ditaati oleh umat Konghucu. Dan di dalam
kitabnya dijelaskan bahwa manusia berasal dari buni dan akan kembali kebumi.
Dan seorang anak harus berbakti kepada orang tuanya dari ia masih hidup sampai
meninggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar