- Ajaran Tentang Tuhan
Dalam Agama kongfutzu,
atau biasa dibunyikan dengan Kong Hu Cu, di kaitkan dengan nama pendiri agama
ini yaitu Kung Fu Tze (551-479 SM). Ada yang menilai bahwa ajaran Kung Fu Tze
bukanlah suatu agama melainkan hanyalah ajaran tentang nilai-nilai (Ethika)
saja, karena Kung Fu Tzu sendiri menghindarkan diri untuk berbicara tentang
alam gaib. bahwa sistem ajaran Kung Fu Tzu itu mengenal pengakuan terhadap
kodrat Maha Agung (Supreme Being), serta mempercayai pemujaan terhadap
arwah Nenek Moyang (Ancetors-Worship), juga mengajarkan tata tertib
Kebaktian. dengan landasan inilah seiring perkembangan zaman ajaran Kung Fu Tze
termasuk kepada ajaran keagamaan[1]. Dalam Khonghucu sendiri istilah Tuhan
disebut dengan Thian. Dalam kitab-kitab agama Khonghucu terdapat banyak
berbicara tentang Thian atau Tuhan YME. Diantaranya terdapat dalam kitab She
Cing (kitab puisi). Dalam kitab ini banyak berbicara tentang Tuhan YME. Yang
dalam umat Khonghucu disebut dengan Thien dan Shang Ti.
Konsep Thien
Konsep Thian yang disebut berulang-ulang
kali dalam kitab-kitab suci Khonghucu (Ngo King dan Su Si) dapat
juga disebut langit (heaven). Fung Lu Yan, dalam buku “A History of
Chinese Philosophy” menyebut Thien itu sebagai langit (Heaven). Menurut
dia ada beberapa bab dalam Lun Yu (Lun Gi) berbicara mengenai langit
(Thian). Dalam Konfusianisme, Thian selalu hadir, melihat dan mendengar segala
sesuatu, mencintai kebaikan, memberikan pahala serta menghukum kajahatan.
Gambaran Khonghucu tentang Tuhan adalah imanen atau Thian (Tuhan/langit) itu
dekat pada makhluk dan bukan transenden (jauh dari makhluknya).
a. Thian Li
Thian adalah Tuhan Yang Maha Esa atau sesuatu yang
absolut, yang mutlak dab tidak dijadikan oleh siapa pun. Segala sesuatu yang
ada dialam semesta ini berjalan menurut hukum-hukumnya (Thien Li), istilah
Thian Li ini sebenernya bersumber pada pada pengertian Thian yang mengalami
penafsiran atau perluasan pada masa Neo-Konfusianisme. Jadi Thian Li itu
sendiri bukanlah nama lain dari Thian. Akan tetapi dekat dengan pengertian
firman Thian atau hukum-hukum dan peraturan yang bersumber dari Thian.
b. Thian Ming
Thian Ming dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah
dijadikan atau sesuatu yang telah terjadi. Pangeran Chou pernah mengajarkan
Thien Ming, yang isinya bahwa Thien memberikan ketetapan kepada seseorang untuk
memimpin bangsa atau negara. Artinya bahwa seorang manusia harus menjalankan
tuga dan kewajibannya sesuai dengan kehendak Tuhan atau Thian. Intinya yaitu
melakukan kebajikan, bila seseorang tidak menjalankan kebajikan tersebut maka
ia kehilangan amanat dan tugas, artinya gagal dalam kehidupan ini, dan
sebaliknya bila menjalankan atau mengembangkan maka ia dikatakan sebagai
manusia yang berhasil dalam kehidupannya, yaitu menjadi keharmonisan dalam
hidupnya.
Pengertian dari Thian Li dan Thian Ming ini tidak jauh
berbeda artinya, Thian Ming lebih mengarahkan kepada perbuatan yang dilakukan
kepada manusia sesuai dengan amanat atau perintah dari Thian. Thian Li juga
bersifat perintah, tetapi masih bersifat umum, dan bersifat anjuran yang sudah
dilakukan manusi, dalam hal ini ada yang berhasil manjalankan peritah ini namun
ada juga yang tidak. Dalam arti tidak menjalanka perintah, yaitu tidak
menjalankan amanat yang berasal dari Thian tersebut.
B. Ajaran
Tentang Keimanan
Penyebaran
ajaran-ajaran Kong Hu Cu dimulai tidak lama setelah dia meninggal dunia.
Setelah berkabung karena kematiannya pendirinya yaitu Kong Fu Tze, para murid
Kong Fu Tze menyebarkan dan masing-masing menempuh jalannya sendiri-sendiri
dalam melanjutkan pekerjaan penyebaran agamanya. Akan tetapi akibat
perbedaan-perbedaan yang semakin lama semakin bertambah besar karena
masing-masing mengembangkan system pemikiran tersendiri, sesuai dengan
kepentingan dan keyakinannya. Khonghucu juga memiliki ajaran tentang keimanan,
yang terdapat dalam kitab SuSi.
Dalam
agama Kong Hu Cu ada yang disebut pengakuan Iman, diantaranya ada delapan
Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu:
- Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
- Sing Sien Hong Thian (
sepenuh iman percaya tehadap Tuhan Yang Maha Esa).
- Bu Ji Bu Gi (
jangan mendua hati, jangan bimbang).
- Siang Tee Liem Li (
Tuhan Yang Maha Tinggi Besertamu).
2. Sepenuh Iman
menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
- Sing Cun Khoat Til (
sepenuh iman menjunnung kebajikan).
- Bu Wan Hut Kai ( tiada
jarak jauh tak terjangkau).
- Khik Hiang Thian Siem
( sungguh hati Tuhan merahmati).
3. Sepenuh Iman
Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
- Sing Liep Bing-bing (
sepenuh iman menegakkan firman gemilang)
- Cun Siem Yang Sing (
jagalah hati, rawatlah watak seajati).
- Cik Tu Su Thian (
mengabdi Tuhan)
4. Sepenuh Iman Percaya
adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
- Sing Ti Kwi Sien (
sepenuh iman sadar adanya nyawa dan roh).
- Cien Siu Kwa Yok (
tekunlah membina diri, kurang keinginan).
- Hwat Kai Tiong Ciat
(bila nafsu timbul, jagalah tetap terbatas tengah).
5. Sepenuh Iman memupuk
Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
- Sin Yang Haw Su (
sepenuh iman merawat cinta berbakti).
- Liep Sien Hing Too (
tegakkan didi menempuh jalan suci).
- I Hian Hu Boo ( demi
memuliakan Ayah Bunda).
6. Sepenuh Iman
mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
- Sing Sun Bok Tok (
sepenuh iman mengikuti genta rohani).
- Ci Cun Ci Sing ( yang
terjunjung, Nabi agung).
- Ing Poo Thian Bing (
yang dilindungi firman Tuhan).
7. Sepenuh Iman
memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
- Sian Khiem Su Si (
sepenuh iman memuliakan SuSi).
- Thian He Tai King (
kitab suci besar dunia).
- Liep Bing Tai Pun (
pokok besar tegakkan firman).
8. Sepenuh Iman menempuh
Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)
- Sing Hing Tai Too (
sepeunuh iman menempuh jalan suci yang Agung).
- Su Ji Put Li ( sekejap
pun tidak terpisah)
- Bu Kiong Ci Hiu ( tempat
sentosa yang tanpa batas).
C. Ajaran
Tentang Hidup Setelah Mati
Khonghucu tidak banyak berbicara banyak
tentang hidup setelah mati, tapi ia percaya akan keberadaan roh-roh, dan
roh-roh yang berhubungan denga keluarga, maka bagi keluarga anggotanya yang
masih hidup harus mempersembahkan korban kepadanya. Dalam sebuah korban yang
disajikan dalam sebuah pesta atau sejajian, karena bahwa roh-roh leluhur akan
menikmati sejajian itu. Manusia berdo’a pada nenek moyang atau para
leluhur mereka, karena itu dinamakan perbuatan anak lai-laki yang berbakti
(Hau) pada orang tua. Penyebahan kepada roh-roh hanya berlaku pada lingkungan
keluarga saja yang telah meninggal. Pemujaan arwah nenek moyang telah merupakan
tradisi bagi bangsa Tionghoa sejak masa sebelum Kung Fu Tze. Tradisi tersebut
dikukuhkan oleh Kong Fu Tze karena dipandangnya suatu sumber azasi bai
nilai-nilai lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar