Jumat, 15 Juni 2012

Ajaran Konghucu Tentang Tuhan, Keimanan dan Hidup Setelah Mati



  1. Ajaran Tentang Tuhan 
Dalam Agama kongfutzu, atau biasa dibunyikan dengan Kong Hu Cu, di kaitkan dengan nama pendiri agama ini yaitu Kung Fu Tze (551-479 SM). Ada yang menilai bahwa ajaran Kung Fu Tze bukanlah suatu agama melainkan hanyalah ajaran tentang nilai-nilai (Ethika) saja, karena Kung Fu Tzu sendiri menghindarkan diri untuk berbicara tentang alam gaib. bahwa sistem ajaran Kung Fu Tzu itu mengenal pengakuan terhadap kodrat Maha Agung (Supreme Being), serta mempercayai pemujaan terhadap arwah Nenek Moyang (Ancetors-Worship), juga mengajarkan tata tertib Kebaktian. dengan landasan inilah seiring perkembangan zaman ajaran Kung Fu Tze termasuk kepada ajaran keagamaan[1]. Dalam Khonghucu sendiri istilah Tuhan disebut dengan Thian. Dalam kitab-kitab agama Khonghucu terdapat banyak berbicara tentang Thian atau Tuhan YME. Diantaranya terdapat dalam kitab She Cing (kitab puisi). Dalam kitab ini banyak berbicara tentang Tuhan YME. Yang dalam umat Khonghucu disebut dengan Thien dan Shang Ti.

Konsep Thien
Konsep Thian yang disebut berulang-ulang kali dalam kitab-kitab suci Khonghucu (Ngo King dan Su Si) dapat juga disebut langit (heaven). Fung Lu Yan, dalam buku “A History of Chinese Philosophy” menyebut Thien itu sebagai langit (Heaven). Menurut dia ada beberapa bab dalam Lun Yu (Lun Gi) berbicara mengenai langit (Thian). Dalam Konfusianisme, Thian selalu hadir, melihat dan mendengar segala sesuatu, mencintai kebaikan, memberikan pahala serta menghukum kajahatan. Gambaran Khonghucu tentang Tuhan adalah imanen atau Thian (Tuhan/langit) itu dekat pada makhluk dan bukan transenden (jauh dari makhluknya).
a.      Thian Li
                 Thian adalah Tuhan Yang Maha Esa atau sesuatu yang absolut, yang mutlak dab tidak dijadikan oleh siapa pun. Segala sesuatu yang ada dialam semesta ini berjalan menurut hukum-hukumnya (Thien Li), istilah Thian Li ini sebenernya bersumber pada pada pengertian Thian yang mengalami penafsiran atau perluasan pada masa Neo-Konfusianisme. Jadi Thian Li itu sendiri bukanlah nama lain dari Thian. Akan tetapi dekat dengan pengertian firman Thian atau hukum-hukum dan peraturan yang bersumber dari Thian.
b.      Thian Ming
                 Thian Ming dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah dijadikan atau sesuatu yang telah terjadi. Pangeran Chou pernah mengajarkan Thien Ming, yang isinya bahwa Thien memberikan ketetapan kepada seseorang untuk memimpin bangsa atau negara. Artinya bahwa seorang manusia harus menjalankan tuga dan kewajibannya sesuai dengan kehendak Tuhan atau Thian. Intinya yaitu melakukan kebajikan, bila seseorang tidak menjalankan kebajikan tersebut maka ia kehilangan amanat dan tugas, artinya gagal dalam kehidupan ini, dan sebaliknya bila menjalankan atau mengembangkan maka ia dikatakan sebagai manusia yang berhasil dalam kehidupannya, yaitu menjadi keharmonisan dalam hidupnya.
                 Pengertian dari Thian Li dan Thian Ming ini tidak jauh berbeda artinya, Thian Ming lebih mengarahkan kepada perbuatan yang dilakukan kepada manusia sesuai dengan amanat atau perintah dari Thian. Thian Li juga bersifat perintah, tetapi masih bersifat umum, dan bersifat anjuran yang sudah dilakukan manusi, dalam hal ini ada yang berhasil manjalankan peritah ini namun ada juga yang tidak.  Dalam arti tidak menjalanka perintah, yaitu tidak menjalankan amanat  yang berasal dari Thian tersebut. 
B.   Ajaran Tentang Keimanan 
Penyebaran ajaran-ajaran Kong Hu Cu dimulai tidak lama setelah dia meninggal dunia. Setelah berkabung karena kematiannya pendirinya yaitu Kong Fu Tze, para murid Kong Fu Tze menyebarkan dan masing-masing menempuh jalannya sendiri-sendiri dalam melanjutkan pekerjaan penyebaran agamanya. Akan tetapi akibat perbedaan-perbedaan yang semakin lama semakin bertambah besar karena masing-masing mengembangkan system pemikiran tersendiri, sesuai dengan kepentingan dan keyakinannya. Khonghucu juga memiliki ajaran tentang keimanan, yang terdapat dalam kitab SuSi. 
Dalam agama Kong Hu Cu ada yang disebut pengakuan Iman, diantaranya ada delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu:
  1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
- Sing Sien Hong Thian ( sepenuh iman percaya tehadap Tuhan Yang Maha Esa).
- Bu Ji  Bu Gi ( jangan mendua hati, jangan bimbang).
- Siang Tee Liem Li ( Tuhan Yang Maha Tinggi Besertamu).
2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
- Sing Cun Khoat Til ( sepenuh iman menjunnung kebajikan).
- Bu Wan Hut Kai ( tiada jarak jauh tak terjangkau).
- Khik Hiang Thian Siem ( sungguh hati Tuhan merahmati).
3. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
- Sing Liep Bing-bing ( sepenuh iman menegakkan firman gemilang)
- Cun Siem Yang Sing ( jagalah hati, rawatlah watak seajati).
- Cik Tu Su Thian ( mengabdi Tuhan)
4. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
- Sing Ti Kwi Sien ( sepenuh iman sadar adanya nyawa dan roh).
- Cien Siu Kwa Yok ( tekunlah membina diri, kurang keinginan).
- Hwat Kai Tiong Ciat (bila nafsu timbul, jagalah tetap terbatas tengah).
5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
- Sin Yang Haw Su ( sepenuh iman merawat cinta berbakti).
- Liep Sien Hing Too ( tegakkan didi menempuh jalan suci).
- I Hian Hu Boo ( demi memuliakan Ayah Bunda).
6. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
- Sing Sun Bok Tok ( sepenuh iman mengikuti genta rohani).
- Ci Cun Ci Sing ( yang terjunjung, Nabi agung).
- Ing Poo Thian Bing ( yang dilindungi firman Tuhan).
7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
- Sian Khiem Su Si ( sepenuh iman memuliakan SuSi).
- Thian He Tai King ( kitab suci besar dunia).
- Liep Bing Tai Pun ( pokok besar tegakkan firman).
8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)
- Sing Hing Tai Too ( sepeunuh iman menempuh jalan suci yang Agung).
- Su Ji Put Li ( sekejap pun tidak terpisah)
- Bu Kiong Ci Hiu ( tempat sentosa yang tanpa batas).
C.   Ajaran Tentang Hidup Setelah Mati 
Khonghucu tidak banyak berbicara banyak tentang hidup setelah mati, tapi ia percaya akan keberadaan roh-roh, dan roh-roh yang berhubungan denga keluarga, maka bagi keluarga anggotanya yang masih hidup harus mempersembahkan korban kepadanya. Dalam sebuah korban yang disajikan dalam sebuah pesta atau sejajian, karena bahwa roh-roh leluhur akan menikmati sejajian itu. Manusia berdo’a pada nenek moyang atau para leluhur mereka, karena itu dinamakan perbuatan anak lai-laki yang berbakti (Hau) pada orang tua. Penyebahan kepada roh-roh hanya berlaku pada lingkungan keluarga saja yang telah meninggal. Pemujaan arwah nenek moyang telah merupakan tradisi bagi bangsa Tionghoa sejak masa sebelum Kung Fu Tze. Tradisi tersebut dikukuhkan oleh Kong Fu Tze karena dipandangnya suatu sumber azasi bai nilai-nilai lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar